I LOVE YOU
Seorang anak laki-laki
yang dibilang hidupnya begitu
hampa. Ia tak
pernah mendapatkan kehangatan
dan kasih sayang
dari orangtua nya. Ya, itulah
aku. Aku sangat
mengharapkan kehadiran seorang
wanita yang dapat
memberikan warna pada
hidupku. Namun, semua itu bagai impian semu bagi ku.
Hari ini, aku sedang duduk dan termenung dibawah pohon
rindang disebuah taman. “Aku sudah bosan dengan hidup ini!” teriak hati ini.
Namun tiba tiba “Hei!!” terdengar suara yang memecahkan lamunanku. Ternyata
telah berdiri seorang wanita jelita dihapanku. Aku pun memandanginya terus menerus. “Hei!! Kenapa
malah bengong?” teriaknya sambil menepuk pundakku. “Eh iya iya, kenapa?” jawab
ku kaget. “Hihihi, aku duduk disini yah?” tanyanya sambil menertawai ku. “Iya
duduk aja” jawab ku dengan malu. Lalu dia duduk disebelah ku dan mulai membuka
kertas gambar yang ia bawa. Begitu gugup kurasakan , terasa kaku lidah ini
hingga tak dapat berucap apa apa.
“Oh iya, nama kamu siapa?” tanyanya kepada ku. “Hmm, nama
gue Fajar. Lo siapa?”. “Nama ku Sasha”. “Ooh, Sasha. Temennya Royco yah? Hahaha”
jawabku sambil tertawa. “Huh, dasar reseh. Tapi kenapa cobakan hampir semua orang
bilang gitu” jawabnya dengan nada sedikit bete. “Hehehe, bercanda kok bercanda.
Pieceee” . “Enggak ah ga mau aku maafin” jawabnya sambil meledekku dengan
menjulurkan lidahnya. “Yaudah gapapa” ledekku. “Dasar nyebelin! tapi ngomong
ngomong kamu lagi apa disini?” tanya dia. “Ee e eh, gapapa tadi iseng aja mau
santai. Lo sendiri mau ngapain disini?” . “Oooh iseng, tapi baru liat sih cowo
iseng sendirian ketaman. hihihihi. Aku emang seneng kesini, pengen cari
pemandangan buat nge gambar.” . “Ya gapapa cowo ketaman, kan tamannya bukan
taman lawang. Oh , lo hobby nge gambar yah?” tanya ku. “Hihihi, bisa aja kamu.
Iya aku suka aja nge gambar. Eh iya, sini sini kamu aku gambar” . “Gamau ah,
gue malu.” . “Udah cepet pasang gaya , gausah malu malu” . “Yaudah deh, tapi
jangan aneh aneh yah gambarnya.” . “Iya berdoa aja ga aneh gambarnya.
Hihihihi.” katanya meledekku. “Tuhkan gamau ah” jawabku. “Iiih udah buruan
pasang gaya” . “Yaudah, kayak gini?” tanya ku sambil bergaya cool. “Hihihi,
yaudah gapapa gitu aja. Diem yah jangan gerak”. Lalu ia mulai menggambar
diriku. “Ngomong ngomong lo ga biasa ngomong pake ‘lo-gue’ ya?” tanya ku. “Hmm,
iya aku ga biasa” . “Oh maaf yah. Yaudah deh gue eh aku ngomongnya pake
‘aku-kamu’” jawabku sedikit kaku karna tidak terbiasa berbincang dengan
menggunakan ‘aku-kamu’. “Hihihi” jawabnya hanya tertawa.
Setelah
beberapa menit berlalu aku merasa pegal karna tidak bergerak sedikit pun. “Hei,
udah selesai belom? Udah pegel banget nih.” Kataku. “Hihiihi iya iya ini
sedikit lagi” jawabnya sambil tertawa. “Yaudah cepetan dong” kataku dengan nada
sedikit bete. “Iya iya bawel ini udah selesai” . “Mana coba aku liat?” tanyaku
penasaran. “Niiih” jawabnya sambil menunjukan hasil gmabarnya padaku. Seketika
aku termenung melihat hasil gambarnya, dia menggambar diriku yang sedang duduk
bersamanya. “Keenapa gambarnya ada kamunya juga?” tanyaku . “Gapapa, ini
sebagai tanda kalo kita sekarang temenan. Dari pertama aku liat kamu , kamu
kasihan cuma sendirian. Mangkanya aku gambar aku biar kamu ada temennya, kalo
kamu ada masalah atau apa kamu bisa cerita kok ke aku.” jawabnya. Jawaban ini
membuat ku terdiam dan terus bertanya tanya dalam hati “Ya Tuhan apa dia
jawaban dari semua doa dan harapanku selama ini?” tanya ku dalam hati. “Hei!!!
Kenapa bengong?” teriaknya mengagetkan ku. “Eh iya iya , gapapa kok” jawabku.
“Yaudah aku mau pulang dulu yah” katanya. “Oh iya iya , tapi kita bisa ketemu
lagi kan?” tanyaku penuh harap. “Bisa kok bisa, aku hampir setiap hari datang
ke sini. Kamu datang kesini aja” jawabnya. “Oh iya iya aku bakal rajin datang
ke sini deh hehehe” jawab ku sambil tertawa. “Hihihi, yaudah aku pulang dulu
yah” Jawabnya sambil tersenyum.
Berawal dari hari itu ,
Aku dan Sasha menjalin pertemanan. Hari demi hari ku lewati bersamanya. Hari hari
itu begitu indah seperti mimpi yang kubayangkan selama ini. Aku pun mulai
menyayangi nya.
Hingga suatu hari dia terlihat begitu pucat dan badannya
bergemetar. Aku pun mencurigainya. “Kamu kenapa? Kamu sakit? Wajah mu pucat
banget” tanya ku khawatir. “Aku gapapa kok , aku baik baik aja” jawabnya sambil
tersenyum berusaha menutupi apa yang sedang terjadi. Sesaat setelah dia
menjawab itu “Gubraaakk..” dan tiba tiba dia terjatuh pingsan. Dengan rasa
panic aku berteriak “Sashaa!!!” tanpa berfikir panjang aku pun membawanya
kerumah sakit.
“Dok, apa dia baik baik saja? Dia sakit apa? Apa dia sudah
sadar?” bertubi tubi pertanyaan itu ku ajukan kepada dokter yang menangani
Sasha. “Maaf saya belum dapat memberitahu anda sekarang sebelum hasil lab, anda
bisa kembali kesini 2 hari lagi untuk mengambil hasil lab nya” . katanya
gemetar. “Baik dok, terimakasih” jawabkku panik.
Setelah 2 hari aku
menunggu dalam kekhawatiran, hari ini aku gemmetar menunggu hasil lab mengenai
Sasha. Semakinku lihat jam dan memandangi wajahnya. Aku semakin takut dan
semakin gemetar. Seketika hati ini pun bertanya “Apa yang sebenarnya terjadi
pada Sasha, Tuhan?” . Sebuah pertanyaan yang hanya akan terjawab oleh hasil
lab.
Tak
lama kemudian dokter pun datang menghampiri ku “Bisa ikut keruangan saya
sebentar?” tanya dokter dengan nada gemetar. “Iya dok” jawabku dengan penuh
khawatir. Aku pun beranjak pergi dengan dihantui oleh ketakutan dan
kekhawatiran.
“Dok, bagaimana hasil
labnya?” tanya ku penasaran. “Maaf nak mungkin ini akan menyakitkan untuk anda”
basa basi dokter itu. Basa basi dokter itu membuat ku semakin penasaran “Memang
dia kenapa?” Prak!! Suara telapak tangan ini yang telah memukul meja. “Dia
mengidap kanker hati stadium terakhir dan kita hanya bisa menunggu keajaiban
dan mukjizat dari Tuhan” jawab dokter itu dengan penuh penyesalan.
Terasa seperti ada ratusan peluru yang menghujam dada ini ,
seperti ada petir yang menyambar diriku ketika mendengar hasil lab mengenai
Sasha. Kemudian aku pun berdiri dan mulai mengambil langkah langkah kecil
dengan tak berdaya. “Apakah ini jawaban dari Mu Tuhan? , Apakah aku harus
kehilangan orang yang aku sayang? , Apakah aku harus kehilangan orang yang
telah memberikan warna pada hidupku? , Apakah aku tidak boleh memiliki dia?”
Semua pertanyaan ini selalu terngiang di kepala ku dan membuat ku menggila dan
kembali larut dalam kepedihan ku. Aku pun masuk ke kamar tempat sasha dirawat
dan duduk tersandar dengan lemas di bangku tepat disamping kasur sasha
terbaring. Tak pernah lepas mata ini memandangi wajah yang sebelumnya selalu
dihiasi oleh senyuman indah dan sekarang terlihat begitu pucat dan penuh
kesakitan “Semua terasa begitu cepat, semua terasa begitu tidak adil!” teriak
hati ini dan mulai lah tetesan tetesan air mata jatuh dari wajahku. Namun tiba
tiba sebuah bisikan kecil terngian ditelinga ku “Untuk apa memikirkan itu? Walau dia seperti itu , kau akan tetap
mencintanya bukan? Bukan kah kau ingin senyuman senyuman indah kembali terlukis
diwajahnya?” . Bisikan itu pun tercerna dalam fikiranku, kemudian aku berfikir
“Aku harus membahagiakan dia dan membuatnya tetap ceria!” . Fikiran itu membuat
ku bersemangat dalam kepedihanku.
"Nak nak" terdengar suara dan
tepukan tepukan di pundak ku. Aku pun terbangun dari tidurku, tak ku sadari aku
tertidur dibangku tepat disebelah kasur Sasha terbaring. "Iya pak dokter
ada apa?" tanya ku sambil mengusap mata. "Maaf nak, sebaiknya pasien
ini ditinggal dahulu agar ia kami rawat" jawab dokter tersebut.
"Memang saya tidak boleh menemani dia?" Tanya saya dengan nada
sedikit kesal. "Maaf bukan seperti itu, lebih baik pasien ditinggal agar
ruangan ini tetap steril" jawab dokter . "Baiklah dok kalau seperti
itu" jawabku.
Akhirnya
aku pulang kerumah ku, dan hanya menghabisakan hari hari ku dalam kesedihan
seperti dahulu lagi. Berhari hari aku selalu gelisah dan dihantui oleh
ketakutan ketika mengingat Sasha. Hanya doa dan air mata yang dapat aku
panjatkan kepada Tuhan , agar ia memberikan mukjizatnya kepada Sasha.
Setelah
beberapa hari aku tak menjenguk Sasha, akhirnya aku memberanikan diri dengan
segenap semangat untuk membuatnya kembali ceria, aku pergi menjenguk Sasha.
"Hai,
Sha gimana kabar kamu?" Tanya ku penuh senyum khawatir. "Kamu tuh
yang kabarnya gimana? Kamu kemana aja beberapa hari ini?" Tanya Sasha yang
mulai bete. "Alhamdulillah baik baik aja kok" jawab ku santai. Aku
mulai memperhatikan senyum yang mulai mengembang di wajahnya. Hal itu membuat
hatiku senang bercampur haru." Aku tak ingin kehilangan senyumnya, wajahnya,
dan dirinya" teriak hati ini.
Hari
hari ku lewati bersamanya, dengan haru dihati ku dan senyum diwajahnya. Suasana
sore ini tentram dan damai dengan langit yang indah di hiasi mega merah yang
dihasilkan oleh matahari yang mulai terbenam. Sambil duduk berdua menatap ke
indahan matahari terbenam, aku pun mengungkapkan isi hati ku padanya "Sha,
aku gatau sejak kapan perasaan ini ada, aku ga ngerti perasaan ini apa, tapi
aku sayang sama kamu, aku mau selalu ada disisi kamu, aku mau selalu jagain
kamu, aku mau jadi mentari yang selalu bersinar buat kamu dalam kegelapan, aku
mau jadi sesuatu yang dapat memberimu kehangatan dikala dingin malam
membelenggu. Se keras apa pun, sekejam apa pun hidup ini, aku mau ngelewatinya
bila bersama kamu. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku gamau nunggu lebih lama
lagi. Karna semakin lama aku menunggu rasa ini seperti pisau tajam yang
menyayat hati yang terasa semakin menyakitkan. Apa kamu mau jadi pacar
aku?" Ungkap ku padanya dengan semua perasaan bercampur menjadi satu
dihati ini. "Kamu serius?" Tanya nya singkat. "Aku serius sha,
aku nggak bercanda. Kamu mau atau enggak?" Kalimat itu mulai membawanya
serius. Seketika suasanya hening, dia pun terdiam dan berfikir. "Apa dia
akan menerima ku?" Tanya hati ini.
"Aku sayang sama
kamu, tapi aku ga bisa nerima kamu. Aku ga mau ninggalin kamu, aku takut dengan
hal itu" jawabnya sambil dengan butir2 air mata yang mulai mengalir
diwajahnya. "Sha, aku ga perduli dengan apa yang ada pada diri kamu. Karna
rasa ini tak punya alasan apapun, rasa ini tulus apa adanya. Ntah kapan
datangnya, ntah darimana asalnya. Ini aku dan cinta ku apa adanya yang sayang
dan mencintai kamu apapun resikonya. Kamu harus percaya sama aku, kamu mau
yah?" Kata ku meyakinkannya. "Hmm, iya aku percaya sama kamu, aku mau
jadi pacar kamu. Tapi aku minta kamu janji satu hal?" Tanyanya. "Apa
sha?" Jawabku. "Kamu harus selalu tersenyum buat aku, dan plis jangan
tinggalin aku sendirian yah? Aku takut, aku takut kalo aku bakal sendirian
selamanya" tanyanya dengan air mata yang semakin deras. "Iya aku
janji!" Jawabku dengan senyuman. "Sekarang jangan nangis dong"
kataku sambil mengusap air matanya. Dia pun tersenyum dan memeluk ku.
Rasa ini pedih, senang, dan haru semua
bercampur menjadi satu dalam hati ini. Terlukis wajah mu dalam pikiran ku,
tertulis namamu dalam hati ku, dan terbentuk sebuah pangillan dibibir ini
"Kamu yang ku sayang". Debar jantung tak karuan, semakin cepat
semakin mematikan fikiran ku ketika ku ingat dirimu dan setiap detik ku sebut
namamu dalam hati ini.
Mulai hari ini, Aku dan Sasha menjadi sepasang
kekasih dengan sang mentari yang menjadi saksinya. Selama mata ini mampu untuk
tetap menatap dirinya, selama kaki ini mampu tuk melangkah menemaninya, dan
selama tangan ini mampu tuk tetap kuat menjaganya, selama nafas ini masih
berhembus untuknya, maka selama itu pun aku akan tetap mencintainya apapun
RESIKOnya.
THE END
EYYY KAGET GW PIKIR BASED ON TRUE STORY :(
BalasHapusTapi ceritalu bagus, Jar... Menghibur... Gw nggak nyangka kalau perasaanlu halus juga... Yaudah abaikan aja... Gw lagi hobi menjelajah waktu sambil buka bukain time capsule orang orang... Maklum aja ya